Gesyca Rikhaflina, S.I.Kom | 20 Juli 2023 12:08:58 WIB | 1,992 kali dilihat.


Program Inovasi Sewa Relasi, Tekan Angka Kekerasan dan Pasien Lari di RSJ HB. Saanin Padang


Sejak diterapkan program inovasi Sewa Relasi di RSJ. HB. Saanin Padang sejak 2 tahun silam cukup menekan angka kekerasan dan pasien lari.

Hal itu dikatakan Kabid Perawatan dan juga penanggung jawab program inovasi Sewa Relasi RSJ. HB. Saanin Padang, Ns. Syafrizal, S.Kep kepada wartawan baru-baru ini.

Disebutkannya, program inovasi Sewa Relasi ini memperlihatkan adanya penurunan angka kejadian prilaku kekerasan baik yang dilakukan pasien secara fisik dengan melukai dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan atau secara verbal maupun seksual. Hal ini dapat dilihat dari laporan pasien melakukan prilaku kekerasan di ruangan Anggrek tahun 2021 yaitu sebanyak 90 kali kejadian prilaku kekerasan.

Setelah dilakukan inovasi Sewa Relasi terdapat penurunan yang signifikan terhadap penurunan prilaku kekerasan, hal ini dapat dilihat dari laporan tahunan ruangan Anggrek tahun 2022 yaitu sebanyak 23 kali kejadian prilaku kekerasan, baik itu secara fisik maupun secara verbal.

Artinya ada penurunan yang signifikan setelah diterapakan inovasi Sewa Relasi (67%). Hasil observasi memperlihatkan pasien tampak lebih rileks dan nyaman ketika dilakukan rekreasi, kecemasan pasien tampak berkurang.

Dari data tahun 2021 pasien lari di ruangan sebanyak 6 orang, namun setelah adanya inovasi Sewa Relasi, kejadian pasien lari di Ruangan Anggrek hanya 1 orang saja sepanjang tahun 2022.  Inovasi Sewa Relasi ini menunjukan hasil yang cukup baik berdasarkan laporan tahunan dari ruangan Anggrek.

PERMASALAHAN
Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO, (World Health Organization) pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia. Meskipun prevalensi skizofrenia tercatat dalam jumlah yang relative lebih rendah dibandingkan prevalensi jenis gangguan jiwa lainnya berdasarkan National Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab besar kecacatan di seluruh dunia, orang dengan skizofrenia memiliki kecendrungan lebih besar peningkatan resiko bunuh diri (NIMH, 2019). Data American Psychiatric Association (APA) tahun 2014 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.  Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil.

Data rawat inap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2021 sebanyak 7168 orang, dan semakin meningkat menjadi 7204 orang pada tahun 2022. Kunjungan rawat jalan meningkat dari tahun 2021 sebanyak 26004 orang menjadi 29481 orang pada tahun 2022, meningkat kurang lebih 3.477 orang. Fenomena ini membuktikan bahwa prevalensi gangguan kesehatan jiwa mengalami peningkatan.

Di dalam melakukan perawatan ODGJ berbagai peristiwa bisa saja terjadi, hal ini dikarenakan ODGJ mengalami gangguan terhadap prilaku seperti risiko prilaku kekerasan. Risiko prilaku kekerasan dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki prilaku yang menununjukkan bahwa orang tersebut bisa membahayakan dirinya, orang disekitar lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual dan verbal. Data prilaku kekerasan pasien di RS Jiwa Prof. HB Saanin Padang tahun 2021 menyebutkan bahwa ada 1087 pasien yang melakukan prilaku kekerasan baik secara fisik yang membahayakan dirinya dan orang lain maupun secara verbal (Laporan Tahunan Bidang Perawatan, 2022).

ISU STRATEGIS
Data WHO (World Health Organization) pada tahun 2019 menyatakan bahwa prevalensi gangguan jiwa sebanyak 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia. Sedangkan menurut American Psychiatric Association (APA) tahun 2014 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
 

Selama pandemi covid 19 terjadi peningkatan masalah gangguan kejiwaan, hal ini dikemukakan dalam studi The Lancet tahun 2021 yang mengatakan bahwa terdapat 42% orang mengalami tekanan psikologis ringan seperti depresi dan gangguan kecemasan, meskipun gangguan psikologis ringan, presentasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang hanya 32%. Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan tahun 2020 menyatakan bahwa pandemi covid-19 menyebabkan peningkatan pada kasus gangguan jiwa dan depresi hingga 6,5% di Indonesia. Hasil survey PDSKJI tahun 2021 menyebutkan sebanyak 63 persen responden mengalami cemas dan 66 persen responden mengalami depresi akibat pandemi COVID-19.
 

Kesehatan jiwa merupakan target dari Sustainable  Development  Goals   (SDGs)  sebagai  lanjutan  dari MDGs. Pendekatan preventif dan promotif merupakan bagian dari upaya kesehatan jiwa yang berperan penting dalam peningkatan kesehatan jiwa. Hal ini karena kondisi  akses  pelayanan  kesehatan  jiwa  di  Indonesia  masih  belum  memenuhi  kebutuhan  akan  layanan  kesehatan  yang  bermutu,  merata  dan  terjangkau.

METODE PEMBAHARUAN
Sebelum adanya inovasi Sewa Relasi pasie ODGJ hanya melakukan kegiatan di dalam ruangan saja, tidak ada kegiatan diluar ruangan, hal ini menimbulkan beberapa permasalahan seperti prilaku kekerasan dan melarikan diri. Data prilaku kekerasan pasien di RS Jiwa Prof. HB Saanin Padang tahun 2021 menyebutkan bahwa ada 1087 pasien yang melakukan prilaku kekerasan baik secara fisik yang membahayakan dirinya dan orang lain maupun secara verbal. Sedangkan data pasien lari selama perawatan di RS Jiwa Prof. HB Saanin Padang tahun 2021 sebanyak 7 orang (0,13%) hal ini tentu melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 0% klien melarikan diri (Laporan Tahunan Bidang Perawatan, 2022).

KEUNGGULAN/KEBAHARUAN
Inovasi Sewa Relasi merupakan inovasi sederhana, murah dan mudah dilakukan, namun memiliki dampak yang signifikan bagi kesehatan mental pasien, sebelumnya hanya jalan pagi saja namun dengan adanya Sewa Relasi membuat sebuah kebaharuan dengan jalan pagi terprogram dimana ada kegiatan rekreasi (pasien dikenalkan dengan lingkungan rumah sakit atau facility tour), relaksasi (pasien dilatih cara relaksasi seperti teknik napas dalam, hipnosis 5 jari dan latihan otot progresif), edukasi (memberikaan edukasi kesehatan seperti prilaku hidup bersih dan sehat, cara mengontrol kecemasan dll) dan sosialisasi (melatih sosialisasi seperti latih berkenalan dan penampilan minat bakat).

Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan jiwa dan kualitas hidup ODGJ serta tercapainya derajat kesehatan jiwa yang optimal melalui inovasi Sewa Relasi

Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan  kemampuan pasien dalam mengontrol prilaku kekerasan, untuk menurunkan angka kejadian pasien melarikan diri selama dalam proses perawatan Untuk meningkatkan pengetahuan pasien terkait dengan masalah kesehatan jiwa, untuk meningkatkan kembali kepercayaan diri pasien dan mengurangi kecemasan

MANFAAT
Bagi Pasien dan Keluarga
Inovasi Sewa Relasi dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol prilaku kekerasan dan menurunkan angka pasien melarikan diri selama dalam proses perawatan, menurunkan kecemasan, mencegah kebosanan, meningkatkan kepercayaan diri pasien dan memperpendek hari rawatan

Bagi Instansi
Adanya inovasi Sewa Relasi akan meningkatkan mutu pelayanan dan mengurangi lama hari rawatan

Bagi Petugas 
Adanya inovasi Sewa Relasi memudahkan petugas mengarahkan pasien, karena pasien telah diberikan terapi setiap hari, sehinggu kualitas pelayanan bisa lebih maksimal dilakukan.

Semua rangkaian kegiatan tersebut memiliki dampak yang signifikan bagi pasien seperti terkendalinya prilaku kekerasan, menurunkan kecemasan, memberikan rasa nyaman, menurunkan angka risiko lari dan meningkatkan kepercayaan diri pasien.


Share Berita :